
Kog gitu seh ??? Pertanyaan yg terdengar dari mulut2 orang yg kecewa dengan tindakan tersebut. Nada2 kecewa kemudian menimbulkan pertanyaan bagi saya. Sebenarnya apa yg terjadi. Apakah tahun ini baik atraksi naga dan barongsai "DILARANG" di Pontianak ??? Kemudian saya mulai mencari apa penyebabnya baik informasi dari media cetak maupun dari mulut ke mulut. Setelah berhari-hari mencari informasi akhirnya saya bisa juga merampungkannya walaupun sedikit mengecewakan karena terkesan ditutup-tutupi.
Kesimpulan yg saya ambil adalah hal ini terjadi sebagai aksi balasan dari etnis non-tionghoa yg merasa pada waktu 1 muharram merasa dilarang melakukan arak2an oleh pemkot. Namun pada kenyataannya pemkot Pontianak telah menyediakan ruang di alun2 Pontianak untuk melakukan selebrasi namun kenyataannya hanya di hadiri sebagian orang saja dan itupun kebanyakan ibu2 dan anak2. Layak kita ketahui hal ini di lakukan oleh organisasi yg cukup terkenal di Indonesia. Sapa lagi klo bukan FPI, super hero Indonesia yg orang2 didalamnya merasa paling benar serta anggota FPM dan juga beberapa LSM. Patut kita simak adalah mereka2 juga yang berniat merubuhkan patung naga yg dibuat di Singkawang. Yup ... Tahun ini adalah Imlek paling sepi dan tidak semarak (setelah era Gus Dur).
Saya melihat disini merupakan suatu titik yang sangat memprihatinkan bagi bangsa Indonesia. Dimana Indonesia selalu membanggakan keragaman budaya maupun suku bangsanya. Namun kenyataannya suku dan budaya Tionghoa sendiri tidak di hormati. Patut diketahui bahwa etnis Tionghoa juga merupakan bagian dari bangsa Indonesia yang juga memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Secercah harapan ada ketika Bapak Christiandy Sanjaya menjadi wakil gubernur di Kalimantan Barat. Namun pada kenyataanya etnis Tionghoa selalu dianggap warga negara ke2 di Indonesia. Menurut saya kesalahan dibuat oleh etnis Tionghoa ketika mencalonkan banyak wakilnya sebagai calon walikota maupun walikota. Ini membuat suara etnis Tionghoa pecah dan terbagi ke beberapa calon tersebut berbeda ketika pemilihan Gubernur. Yang hanya ada satu calon dari etnis Tionghoa. Dan hal ini dimanfaatkan betul oleh calon yang lain dan akhirnya memenangkan pemilihan walikota Pontianak. Dan saya yakin betul mo diapapun juga mereka tidak akan memperhatikan nasib etnis Tionghoa maupun kaum minoritas yang lain. Seandainya adapun itu pasti kurang. Karena mereka juga punya budaya mereka masing2 dan pastinya mereka akan cenderung ke budaya mereka.
Oleh sebab itu saya beri judul "REST IN PEACE 'PLURALISM'" karena saya anggap keanekaragaman di Kalimantan Barat khususnya Pontianak sudah tinggal nama saja. Patut kita ingat Kalimantan Barat lah yang membuat naga terpanjang di Indonesia, hanya di Kalimantan Barat kita kenal yg namanya atraksi Tatung, kemudian hanya di Kalimantan Barat kita mengenal kota seribu kelenteng yg tidak lain adalah Singkawang. Ini menandakan bahwa sebenernya etnis Tionghoa memiliki hak yang sama dengan yg lain. Tanpa etnis Tionghoa Kalimantan Barat bukan apa2. Satu hal lagi pemerintah harus membubarkan organisasi2 seperti FPI. Karena mereka menurut saya mereka adalah sekumpulan orang2 tak berotak dan menggunakan agama sebagai landasannya. Dan jangan salahkan saya ato yg lain memandang buruk terhadap suatu agama. Karena mereka lah yang merusak pandangan kami. Thanx ...